Panduan MALAM PERTAMA Dahsyat Dalam Islam (Spesial Untuk Calon Pasangan Suami Istri)

Beberapa pengantar jima’ misalnya: saling mencumbu dengan melakukan hubungan ringan sebelum jima’ dengan berciuman, berpelukan dan perbuatan yang lain yang kesemuanya dimaksudkan untuk memberi rangsangan dan membangkitkan gairah untuk melakukan jima’. 

Dengan melakukan pengantar jima’ ini diharapkan keduanya dalam kondisi benar-benar siap untuk berjima’ sehingga keduanya dapat meraih kepuasan.


Malam Pertama merupakan salah satu rangkaian ritual pernikahan yang mendapat perhatian dalam Islam. Nabi kita yang mulia mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan pasangan pengantin pada malam pertamanya agar semua aktifitas bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Di antara tuntunan beliau SAW adalah:


Shalat Dua Raka’at Ketika Masuk Menemui Istri.

Setelah acara walimah/resepsi selesai dan suasana sudah tenang, suami akan masuk ke kamar pengantin untuk menemui istrinya. Pada saat itu disunnahkan bagi kedua mempelai melaksanakan shalat dua raka’at.

Membaca Do’a bagi Mempelai Laki-laki.

Setelah selesai melaksanakan shalat, disunnahkan bagi mempelai laki-laki untuk membaca do’a sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Jika salah seorang kamu menikahi perempuan, maka ia hendaklah membaca do’a :

‘Allahumma inni as aluka khairaha wa khaira ma jabaltaha alaihi wa a’udzubika min syarriha wa min syarri ma jabaltaha alaihi’.

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang telah Engkau adakan untuknya.Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan dari keburukan yang Engkau adakan untuknya. (HR Abu Dawud)

Mencairkan suasana dengan saling berdialog.

Jika setelah itu suasana masih kaku, biasanya bagi istri, sebaiknya suami tidak tergesa-gesa dengan langsung melakukan jima’.

Simaklah kisah malam pertama Syaikh Asy-Sya’bi, seorang tabi’in terkenal yang menikahi seorang perempuan dari Bani Tamim bernama Zainab binti Hudhair. Syaikh Asy-Sya’bi menuturkan sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Ahkamun Nisaa’:

“Setelah selesai walimah dan suasana kembali tenang, aku masuk menemuinya dan berkata, ‘Sesungguhnya termasuk sunnah mengerjakan shalat dua raka’at.Lalu aku berdiri melakukannya dan memohon kepada Allah agar melimpahkan kebaikan di malam ini. Ketika aku berpaling ke kanan mengucapkan salam, aku melihatnya ikut shalat di belakangku. Kemudian ketika berpaling ke kiri, aku sudah melihatnya sudah berada di tempat tidurnya. Akupun mengulurkan tanganku, tetapi ia berkata, ‘Sabarlah, sesungguhnya aku adalah perempuan yang asing bagimu. Demi Allah, kini aku sedang meniti jalan yang paling berat yang sebelumnya belum pernah ku alami. Engkau adalah laki-laki asing, aku belum mengenal perangaimu, maka ceritakanlah hal-hal yang engkau sukai untuk aku kerjakan dan hal-hal yang engkau benci untuk aku hindari. Akupun menjawab, ‘Aku suka ini dan ini, aku benci ini dan itu,… sementara ia mendengarkanku dengan penuh perhatian. Akhirnya malam yang paling indah itupun aku raih.”

Melakukan Jima’

Dalam melakukan jima’ pertama ini hendaknya suami tidak tergesa-gesa.Keduanya hendaknya memperlakukan pasangannya dengan lemah lembut. Interaksi yang lemah lembut dan penuh kasih saying akan memudahkan mereka melakukan jima’ pertama ini. Sebaiknya keduanya mempelajari terlebih dahulu adab-adab dan tata cara jima’ yang diajarkan Rasulullah SAW. Sudah banyak buku karya ulama yang membahas tema ini, diantaranya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin. Dalam salah satu pembahasannya beliau menulis tentang adab-adab jima’ sebagai berikut:

Membaca Basmallah dan berdo’a sebelum melakukan jima’.

“Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang kamu ingin berjima’ dengan istrinya, hendaklah ia membaca: ‘Bismillah, Allahumma jannibnaa asy-syaithana wa jannibi asy-syaithana ma rozaqtanaa’ (Dengan nama Allah, Yaa Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau rizqikan kepada kami). Maka seandainya ditakdirkan dari hubungan itu seorang anak, anak itu tidak akan diganggu syetan selama-lamanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Melakukan pemanasan (pengantar) jima’.
Pengantar jima’ dimaksudkan agar suami tidak mendatangi istrinya dalam kondisi istri tidak siap.Pada hakikatnya perempuan menginginkan dari laki-laki seperti laki-laki menginginkannya dari perempuan, hanya saja kesiapan perempuan untuk melakukan jima’ tidak muncul setiap saat sebagaimana laki-laki.

Beberapa pengantar jima’ misalnya: saling mencumbu dengan melakukan hubungan ringan sebelum jima’ dengan berciuman, berpelukan dan perbuatan yang lain yang kesemuanya dimaksudkan untuk memberi rangsangan dan membangkitkan gairah untuk melakukan jima’. Dengan melakukan pengantar jima’ ini diharapkan keduanya dalam kondisi benar-benar siap untuk berjima’ sehingga keduanya dapat meraih kepuasan.

Melakukan jima’ tanpa tergesa-gesa.Lakukanlah jima’ dengan kelembutan dan penuh kasih sayang.Jika dalam melakukan jima’ pertama ini ternyata masih terdapat kesulitan, jangan tergesa-gesa untuk menyelesaikannya pada saat itu juga. Bersabarlah, mungkin akan mudah setelah berlangsung beberapa hari. Dan apabila suami mencapai kepuasan lebih dulu, hendaknya tidak tergesa-gesa beranjak dari istrinya, tunggulah sampai istri dapat meraih kepuasan.

Dengan memperhatikan tuntunan Rasulullah SAW tersebut malam pertama disamping akan menjadi kenangan indah bagi kedua pihak, sekaligus juga bernilai ibadah disisi Allah SWT.

#dari berbagai sumber



Comments

Popular posts from this blog

Daftar Alamat Kanwil dan KPKNL Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Video Malam Pertama Jodha Jalal Tanpa Sensor

Contoh Tata Tertib Technikal Meeting Turnament Fulsal di Kampus Mahasiswa