Mahabara, Perang Baratayudha (6): Cerita Gugurnya Karna
Marilah saya lanjutkan cerita gugurnya Karna. Dalam cerita sebelumnya Karna belum dapat dikalahkan.
Karna sangat kuat. Malah Pandawa hampir dapat dilumpuhkan, kecuali Bhima. Arjuna dengan senjata Gandewanya akan dipergunakan. Krishna akan lebih awas. Salya akan dapat memainkan peranan rahasianya lebih baik.
Karna sangat kuat. Malah Pandawa hampir dapat dilumpuhkan, kecuali Bhima. Arjuna dengan senjata Gandewanya akan dipergunakan. Krishna akan lebih awas. Salya akan dapat memainkan peranan rahasianya lebih baik.
Walaupun Karna mempunyai kesaktian yang tak
terkalahkan, namun senjata saktinya telah tak ada lagi gunanya senjata Kunta.
Senjata naga sudah tak mempan lagi malah tak akan lagi dipergunakan. Tinggal
kepandaian saja.
Dengan isyarat dari Krishna yang diterima Salya,
dengan senjata Gandewanya Arjuna menghujani Karna dengan panah, akhirnya Karna
gugur. Karna marah, sebelum menemui ajalnya, karena Arjuna melepaskan anak
panahnya pada waktu Karna sedang memperbaiki keretanya. Krishna yang menjawab
dengan kata-kata antara lain, bahwa Karna hanya dapat mengatakan keutamaan,
tetapi tak dapat melaksanakannya, dan ucapan yang demikian tak ada gunanya. Dan
Karna sebagai satria yang tangguh akhirnya gugur, ketika itu waktu matahari
hampir tenggelam. Pertempuranpun terhenti.
Melihat kematian Karna sebagai seorang tak pernah
mundur, sesuai dengan jiwa satria yang dimilikinya. Dengan mengikuti jalan
ceritanya sendiri dapat saya berikan mengapa matinya Karna karena perbuatan
kusirnya sendiri. Hal ini tiada lain karena kedua-duanya adalah mempunyai
persamaan dan mempunyai perbedaan.
Persamaan keduanya adalah mereka terikat
oleh perasaan. Yang satu menyangkut harga diri dan yang satu lagi perasaan
kenikmatan hidup. Keduanya, sama ingin menguasai yang lain, dan tak satupun
ingin mengalah. Namun karena yang berkuasa adalah Duryodhana, dan atas
kehendaknya Salya mau menurut. Kenikmatan hidup masih dapat ditundukkan dengan
ajaran dharma.
Namun perasaan harga diri tak akan tunduk pada dharma,
malah berani melawannya. Itulah sebabnya Salya mau menolong dharma
dengan jalan rahasia. Sifat mempertahankan diri tidak akan mau tunduk begitu
mudah. Tak mudah akan menghilangkannya. Pengetahuan, kesehatan badan, dan
keselamatan badan tak akan diperdulikan asal diri dapat menang. Malah seperti
yang saya jelaskan, akan berusaha dengan sekuat tenaga, walau dengan
tindakan yang salah sekalipun, asal dapat menyelamatkan harga dirinya. Setelah
semua usaha menyelamatkan harga diri dengan segala tindakan atau dengan segala
yang ada padanya, barulah dia akan mau menyerah.
Namun dengan memberikan
kenikmatan indria atau dunia, yang dapat melupakan diri itu telah dikendalikan
oleh perasaan kenikmatan nafsu indria barulah si harga diri akan dapat
melupakan dirinya alias dapat hilang. Setelah harga dirinya dapat dikendalikan
oleh perasaan ingin akan kenikmatan, barulah dapat memberikan usaha yang
positif. Setelah mengalami kesengsaraan badani, barulah ilmu pengetahuan itu
akan dapat mengalahkannya.
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)