Kisah Mahabara 2 (Bagian 2): Duryodhana Menolak Membagi Hastina
Salya telah tertipu. Drestharastra ingin
berunding agar tak terjadi perang Bharatayudha. Sanjaya diutus. Namun dia tak
dapat bujuk putranya sendiri. Pandawa hanya minta agar sebagian dari Hastina
dikembalikan, seperti : Wrekasala, Kanyakunya, Kusastala, Makandi dan
Waranawata. Duryodhana percaya akan kekuatan bala tentaranya yang banyak. Para
Korawa sibuk. Perundingan-perundingan diadakan untuk menanggapi permintaan
Pandawa. Pandawapun berunding lagi. Bhatara Krishna akan menjadi utusan ke
Korawa. Beliau menaiki kereta yang dikusiri oleh Satyaki.
Demi sampai di Tegal Kuruksetra, tiba-tiba
datanglah Rsi Parasu, Rsi Kanwa, Rsi Janaka dan Rsi Narada. Keempat dewa akan
menyaksikan perundingan antara Krishna dengan Korawa. Duryodhana lain lagi.
Menyusun barisan yang tersembunyi, yang akan menyerang bila perundingan gagal.
Dan juga mengumpulkan para tua-tua seperti Bhisma, Krepa, Drona, dan Salya
untuk menerima Krishna. Penyambutan diadakan dengan meriah.
Penghormatan
terhadap Bhatara Krishna dengan sekhidmat-khidmatnya dan mewah turah. Beliau
dijemput oleh Sakuni. Beliau dipersilahkan menikmati sesajian yang disediakan
sebelum perundingan dimulai. Krishna tidak mau, dan akan menikmatinya setelah
perundingan selesai. Bhatara Krishna menerangkan maksud dan tujuan
kedatangannya. Duryodhana dapat menyetujui Hastina dibagi dua. Hal ini dapat
disaksikan oleh ke empat dewa-dewa tadi.
Setelah selesainya perundingan yang
sudah berhasil dengan baik, para dewa kembali pulang ke Kahyangan. Demi melihat
bahwa para dewa telah kembali ke Kahyangan, Duryodhana menarik kembali katanya.
Malah berkata dengan sombongnya. Pandawa tidak akan di berikan, dan akan
dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Semua yang hadir terkejut.
Duryodhana marah. Sakuni yang tahu isyarat mengerahkan bala tentaranya yang
tersembunyi untuk menyerang Bhatara Krishna. Bhatara Krishna tahu akan hal itu.
Belian ber “Triwikrama” menjadi raksasa yang maha besar. Seketika itu
para Korawa lari. Datanglah para Brahmana memohon agar beliau menghentikan, dan
bersalin rupa lagi. Setelah itu beliau meninggalkan Hastina menuju Wirata.
Dalam perjalanan beliau bertemu dengan Karna. Beliau bersama mengunjungi dewi
Kunti.
Beginilah berkecamuknya antara perasaan,
keinginan dan pikiran. Kebenaran, kenikmatan dunia, egois, kejujuran dan
ketidak jujuran silih berganti mendapatkan kemenangan. Dengan kebiasaan yang
buta dan bodoh, dengan jalan tindakan orang tanpa pengetahuan, dan ingin
memberikan pertimbangan, dan tidak dapat menguasai perasaan egois materialis,
akan sukar dapat menemukun hasil yang baik. Bagaimana mungkin Drestharastra
akan dapat mengalahkan Duryodhana sebagai anak kecintaannya. Tak mungkin.
Pandawa hanya menuntut Wrekasatala yang mempunyai arti mau mengamalkan tenaga
yang dimiliki demi kepentingan dunia, Kusastala yang bermakna mengorbankan
perasaan, Kanyakunya, mau beramal dengan materi, Makandi yang berarti turut
membuat kemakmuran dunia, Waranawata dengan mengakui sifat kebenaran Tuhan
sebagai penguasa yang agung. Bila sifat-sifat ini telah dapat dihidupkan
seperti melakukan korban tenaga, perasaan, keterikatan akan hasil
(pamerih), harta benda, dan bhakti oleh Korawa kepada Pandawa si pembawa
pengertian hidup beragama, maka dunia tidak akan goncang. Ke lima permintaan
itu tak dapat dipenuhi oleh Duryodhana.
Malah dengan tipu muslihatnya akan
menaklukkan Krishna. Di dalam pergolakan mengenai pelebur nafsu
datanglah kekuatan-kekuatan yang baik seperti Parasu yang membawa kebaikan yang
suci, Kanwa yang memberi pengertian hidup sebagai manusia, Janaka yang
memberikan pengertian hidup bermasyarakat di dunia, Narada suatu kekuatan yang
membawa kebijaksanaan Tuhan. Bila ke empatnya ada, maka kekuatan nafsu material
akan lenyap, kebenaranlah yang muncul.
Namun bila keempat kebenaran itu telah
hilang, kembalilah sifat Adharma akan merajalela. Pertama dipersiapkan
tentara yang bersembunyi yang dipimpin oleh Sakuni. Berarti sifat yang selalu
bersifat dua, keraguan dan kebimbangan bila hal yang dikerjakan itu tidak
berhasil. Takut kalau sifat lobanya akan memiliki kemakmuran itu akan hilang.
Bila kemakmurannya akan hilang, sifat loba akan langsung melakukan
tugas.
Kedua dipanggilnya Bhisma yang bersifat menampung
semuanya. Krepa yang memberikan arah agar selalu dapat menikmatinya, Drona akan
memberikan ilmu untuk dapat menambah apa yang dicari, Salya berusaha untuk
menikmati hasil yang diproleh sebagai pemuas indrya. Keempat sifat ini akan
mempengaruhi sifat-sifat kebenaran Ketuhanan. Ke tiga dengan pesta yang mewah
turah, dengan materi yang berlebih-lebihan agar Tuhan senang dan mau
dipengaruhi oleh sifat dunia yang tidak baik. Namun Tuhan tetap Tuhan.
Kebenaran tetap kebenaran. Kebenaran sejati tak akan terpengaruh oleh materi
yang tak baik. Walaupun bagaimana caranya mempengaruhi, toh tetap tak
terpengaruh.
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)