Kisah Mahabara 2 (Bagian 3): Pertemuan Dewi Kunti, Karna dan Khrisna
Tinggalkan saja dulu persidangan Korawa dan
Krishna, dan sekarang dilanjutkan dengan pertemuan antara Dewi Kunti, Krishna
dan Karna.
Karna tidak dapat menerima nasehat ibunya
yang memperingatkan agar Karna memihak Pandawa dan meninggalkan Duryodhana.
Juga dinasehatkan bahwa Karna dan Pandawa adalah bersaudara. Diperingatkan pula
bahwa Duryodhana adalah di pihak yang salah.
Namun Karna tetap pada pendiriannya memihak
Korawa. Karna juga menanyakan mengapa dirinya dibuang. Dengan perasaan iba Dewi
Kunti pun menangis. Begitu juga nasehat Krishna yang panjang lebar, namun tak
dapat melemahkan hati sang Karna. Sampai dengan hubungan antara Karna dengan
Salya yang hanya karena sama menjadi Ratu Mandraka. Karna, tahu keadaan dan
juga tahu bahwa Duryodhana dan dirinya di pihak yang salah dan akan kalah,
tetapi karena sifat satrianya, dan karena berhutang budi pada Duryodhana yang
mengangkat martabatnya menjadikan Adipati Angga. .
Setelah Krishna tidak dapat melemahkan jiwa
Karna, Krishna pun merasakan dirinya telah melakukan tugas sebagai saudara tua.
Dewi Kunti pun berpesan agar Putra Pandawa tidak ragu-ragu lagi dalam
pertempuran. Demikian pesan yang dibawa Bhatara Krishna.
Melihat dari jalan cerita antara Krishna dan
Karna, saya sangat tertarik sekali. Karna sebagai perasaan mempertahankan harga
diri yang tidak mau mengikuti yang benar, walaupun dia sendiri jelas telah tahu
bahwa dirinya ada di pihak yang salah. Dan juga tahu, bahwa dirinya menyalahi
Agama. Memang sulit untuk mengalahkan perasaan harga diri yang takut direndahkan,
malah tahu pula akan membawa kematian.
Perlukah harga diri itu dipertahankan? Dengan
mempertahankan diri yang membuta, dan dengan tidak mau minta maaf akan segala
kesalahan, sulitlah akan menjumpai keselamatan, apa lagi akan menemukan
kebahagiaan. Bila harga diri yang hanya mempertahankan hal-hal yang salah, baik
ditinjau dari segi berpikir yang rasionil, keagamaan, dan hidup berdampingan,
sengsaralah yang menjadikan akibat.
Berani mengalahkan harga diri, dapat saling
memaafkan, dan penuh jiwa toleran akan dapat membawa kehidupan yang bahagia
tentram lahir bathin. Bila hal itu belum terkalahkan, akan dapat menyebabkan
perang yang terus-menerus dalam diri setiap pribadi. Kebenaran akan pergi
meninggalkannya, dan akan menyusun suatu barisan tempur untuk mengalahkan sifat
Adharma.
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)