Kisah Mahabara 2 (Bagian 5): Raja-raja Sekutu Kurawa
Di atas telah saya ceritakan raja yang memihak Pandawa.
Sekarang demikian juga halnya dengan Korawa. Korawapun mengadakan perundingan
untuk membicarakan bagaimana caranya untuk mengalahkan Pandawa. Juga
dibicarakan siapa yang akan menjadi panglima perangnya. Sudah pimpinan ada pada
Duryodhana. Setelah mengalami perdebatan sengit antara Drona, Bhisma, Salya,
Karna maka didapat suatu kesimpulan Bhismalah yang menjadi panglima perangnya.
Setelah itu mereka berangkat ke Tegal Kuruksetra sebagai medan perang. Adapun
raja yang membantu Korawa ialah :
- Raja Rukmi, ipar Bhatara Krishna, yang tadinya akan memihak Pandawa ditolak karena merasa dirinya lebih tinggi.
- Bhisma.
- Drona dan Aswatama.
- Raja Bagadeta dari Srawatipura.
- Sakuni dan saudaranya.
- Raja Salya dari Madraka.
- Adipati Karna, Adipati Angga.
- Jayadrata dari Sindu.
- Gardapati raja negeri Trigarta.
- Raja Malawa.
- Raja Cedaka.
- Raja Pratipeya.
- Raja Kamboja.
- Raja Wresaya dari Lokapura.
- Ular Hardawalika.
- Beberapa Raksasa.
Sekarang saya akan mencobakan diri untuk mencari
pengertian yang masing-masing dari yang membantu Korawa. Raja Rukmini
sebenarnya adalah suatu pemenuhan dalam memenuhi kepentingan badan jasmani. Hal
ini ditolak karena dia meminta dipenuhi terlebih dahulu. Bhisma sebagai wadah
yang mau menyimpan saja. Drona dan Aswatama yang memberikan pengetahuan yang
tidak baik. Bagadeta yang menunjukan kepada keselamatan dalam memelihara
badannya saja.
Sakuni selalu memberikan pertimbangan kepada pemenuhan nafsu
jasmaniah. Salya selalu mementingkan kenikmatan yang dapat dinikmati oleh
indrya. Karna hanya mempertahankan perasaan harga diri melulu. Jayadrata
hanya mementingkan keagungan dunia. Gardapati yang hanya menyelamatkan hidup di
dunia maya. Malawa yang selalu membawa sifat yang mengotori. Cedaka adalah
mempunyai kesaktian kotor atau black magic. Pratipeya ingin
langsung menikmati hasil yang diperbuat. Kamboja yang selalu berbuat bila
dipandang atau agar perbuatanya dihargai. Wresaya suka berperasangka,
Hardawalika suka menunjukkan kekuatan materi (show) dalam memenuhi
keperluan materi. Raksasa yang menunjukkan kelobaannya.
Korawa yang mempunyai
sifat ke enambelas tadi, yang sepuluh adalah pemenuhan dasendrya.
Sepuluh menjadi satu yang disebut Ragadwesa atau nafsu yang membuat
sengsara. Enam adalah Sadripu nya. Setelah itu menjadi takbur. Dari
ketakburannya itu menimbulkan pandangan yang gelap akan kenyataan. Nah bila hal
ini terpelihara baik dalam diri, akan dapat menjerumuskan diri sendiri. Oleh
karena itu sebagaimaua Sapta Timira adalah kemabukan yang disebabkan
oleh rupa yang tampan, kekayaan yang banyak, kepandaian, keturunan orang yang
tinggi dan terhormat, keremajaan, kekuatan yang dimiliki, dan kejayaan. Dengan
melihat keadaan yang demikian itu biasanya hal-hal yang ada diluar akan menjadi
remeh. Siapakah yang meremehkan/merendahkannya, tak lain dari sifat aku.
Di samping hal-hal yang tadi, perlu juga sedikit
saya ungkapkan mengenai kata Maha Bharata, Tegal Kuruksetra dan Bharata
Yudha. Menurut anggapan saya Maha Bharata itu berasal dari Maha
yang berarti besar atau luas, Bhara yang berarti kandang, wadah,
kurungan atau badan. Jadi Maha Bharata adalah merupakan kandang yang
sangat besar dan luas. Atau badan itu merupakan wadah yang sangat besar. Tegal
adalah lapangan atau medan. Kuru adalah keinginan badan dan segala
kekuatan yang disebut nafsu. Ksetra adalah juga medan peleburan.
Jadi
menurut pengertian yang dapat saya berikan bahwa Tegal Kuru Ksetra
adalah medan pertempuran yang ada dalam badan untuk melebur nafsu-nafsu
keinginan badaniah. Bharata Yudha adalah mengandung arti pertempuran
yang ada dalam badan. Di dalam badan ada dua kekuatan yaitu kekuatan baik
(Pandawa) dan kekuatan buruk (Korawa), Korawa berasal dari Kuru yang
berarti nafsu. Kedua kekuatan itu akan bertempur dalam badan antara maksud baik
dan jahat. Antara Dharma dan Adharma. Mana yang akan diturut,
karena semua itu mempunyai alasan yang sama benar ditinjau oleh mereka sendiri.
Sekarang dipersilahkannya untuk memilih dengan segala akibat-akibatnya
(Wiswamurti).
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)