Mahabara, Perang Baratayudha (5): Rsi Drona Gugur
Sekarang lain lagi, Rsi Drona masih hidup. Korawa
belum merasakan apa-apa. Pandawa masih khawatir. Mengingat kesaktian Drona.
Sekarang saya akan ceritakan akan kematian Drona
yang sangat sakti itu. Hari ke limabelas Drupada mati ketika diraba oleh Rsi
Drona. Rsi Drona berunding dengan Arjuna, mengatakan bahwa Arjuna tak akan
dapat mengalahkan Rsi Drona.
Bhatara Krishna tahu, bahwa sulit untuk
mengalahkan Drona. Beliau menyuruh agar Yudhistira mau berbohong, dan
mengatakan bahwa putranya Aswatama telah gugur. Yudhistira tidak mau melakukan
hal itu karena bertentangan dengan dharmanya. Untuk tidak terjadinya berita
bohong, Bhima mendapat akal. Bhima membunuh seekor gajah yang bernama Aswatama.
Dengan matinya gajah yang bernama Aswatama,
barulah Yudhistira mengatakan dimuka umun bahwa Aswatama Asti (gajah) mati,
dengan suara Aswatama yang keras, dan lemah pada kata gajah.
Mendengar berita itu yang dikatakan oleh
Yudhistira, Rsi Drona percaya. Rsi Drona pergi ke medan pertempuran dengan
perasaan kesedihan dan bingung. Di sana kesempatan Dresthadhyumna memenggal
leher sang Rsi dan seketika itu meninggal.
Dengan kematian ayahnya, Aswatama sangat marah
dan berjanji akan membunuh Dresthadhyumna. Drona mati pada umur 85 tahun.
Aswatama mengumpulkan seluruh bala tentara Korawa yang sudah kocar kacir, dan
dengan senjata Brahmastra yang sakti untuk membakar Pandawa. Begitu lidah api
mengejar balatentara Pandawa, mereka lari tunggang langgang.
Melihat keadaan
yang demikian Krishna lalu memberikan perintah agar semuanya melepaskan
senjata dan diam ditempat. Senjata Aswatama tak dapat berbuat apa-apa.Senjata
tersebut hanya dapat dipergunakan sekali saja. Dengan kenyataan yang demikian,
hilanglah harapan Aswatama untuk membalas dendam kepada Pandawa.
Bila kita dengar semua cerita akan kesaktian
Drona, kita akan bingung akan pengendalian serta kepemimpinan Krishna dalam
mengatur siasat perang dalam mengalahkan musuhnya. Drona yang mempunyai
pengertian pengetahuan demi untuk kepentingan sendiri, sangat sulit untuk
dikalahkan. Sebab orang akan sulit menghilangkan kepentingannya sendiri.
Siapakah yang mau mengalahkan ilmu yang dapat memberikan keuntungan diri
sendiri. Tapi sayangnya pengetahuan demi untuk kepentingan diri sendiri
melahirkan suatu akal yang tidak baik. Anggap saja dengan kata licik. Aswatama,
memetik hasil dengan tidak berusaha sendiri. Kalau demikian tentu usaha orang
lain. Jadi dengan mempergunakan orang lain yang melakukan usaha, dan dengan
diam-diam mengambil hasilnya. Inilah yang saya maksudkan dengan sifat licik.
Pengetahuan yang tidak dilandasi oleh dharma akan takut sekali bila dharma
itu sendiri yang mengatakan/menyalahkan. Bila sifat licik yang dilakukan dan dharma
sendiri mengetahuinya, maka dia akan lemah.
Pada waktu kepalanya sedang berpikir itu,
datanglah Dresthadhyumna untuk memenggalnya. Tiada ada kesempatan baginya untuk
mengelak lagi.
Bila ada orang marah sekali tak usah dilawan, dan
lawan dengan diam. Itulah nasehat Krishna yang dapat saya petikkan.
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)