MENGENAL OBAT BATUK CODEIN 20 MG
Anak anda suka jika minum obat batuk? Atau jika minum obat batuk langsung anteng? Maka anda perlu waspada.
Salah satu jenis obat batuk yang sering diberikan oleh dokter adalah Kodein. Yuk kita bedah sedikit kodein di sini.
Kodein merupakan analgesik agonis opioid (agonis opioid merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor m, dan mungkin pada reseptor k contoh ; morfin, papaveretum, petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin).
Salah satu jenis obat batuk yang sering diberikan oleh dokter adalah Kodein. Yuk kita bedah sedikit kodein di sini.
Kodein merupakan analgesik agonis opioid (agonis opioid merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor m, dan mungkin pada reseptor k contoh ; morfin, papaveretum, petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin).
Efek kodein
terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di
berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung
afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan
ambang rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif yang
bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
Obat ini
sering disalahgunakan sebagaian orang untuk menenangkan diri. Karena ada sifat
morfin di dalamnya. Maka dari itu penggunaan dalam jangka panjang tidak
dianjurkan. Karena dikhawatirkan akan menjadikan kecanduan/ketergantungan.
KOMPOSISI :
Codein 10 mg
(No.Reg. GNL9712411810A1)
Tiap tablet
mengandung:
Kodein
Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 10 mg
Codein 15 mg
(No.Reg. GNL9712411810B1)
Tiap tablet
mengandung:
Kodein
Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 15 mg
Codein 20 mg
(No.Reg. GNL9712411810C1)
Tiap tablet
mengandung:
Kodein
Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 20 mg
- Antitusif
- Analgesik
KONTRAINDIKASI :
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
DOSIS :
Sebagai analgesik:
- Dewasa : 30 - 60 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan.
- Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari
Sebagai antitusif :
- Dewasa : 10-20 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan, maksimum 60 mg perhari.
- Anak6-12tahun : 5-10 mg, tiap 4 - 6 jam, maksimum 60 mg perhari.
- Anak 2-6 tahun : 1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg perhari.
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun.
EFEK SAMPING :
- Dapat menimbulkan ketergantungan.
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan penderita asma.
- Hindari minuman beralkohol.
- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
- Hati-hati pada pemberian jangka panjang.
INTERAKSI OBAT :
- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-sama dengan obat-obat depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol.
- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis.
- Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14 hari setelah pemberian penghambat MAO.
KEMASAN :
Dalam botol berisi 250 tablet.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT. KIMIA FARMA
JAKARTA-INDONESIA
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)