Penyebab dan Solusi Susah BAB (Konstipasi)
Susah BAB atau Konstipasi merupakan salah satu masalah gangguan pencernaan yang mungkin sering dialami oleh masyarakat di samping diare. Disebut konstipasi jika gangguan buang air besar dimana periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk pria, atau periode lebih dari 3 hari tanpa pergerakan usus.
Tanda tanda Konstipasi adalah 1) berkurangnya frekuensi buang air besar, 2) rasa tidak nyaman dan 3) kembung pada perut, 4) pergerakan usus yang hilang-timbul, 5) feses dengan ukuran kecil, perasan penuh, atau kesulitan dan sakit pada saat mengeluarkan feses.
Konstipasi bukanlah penyakit melainkan merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau masalah kesehatan.
Penyebab konstipasi pun bermacam-macam, adalah:
Tanda tanda Konstipasi adalah 1) berkurangnya frekuensi buang air besar, 2) rasa tidak nyaman dan 3) kembung pada perut, 4) pergerakan usus yang hilang-timbul, 5) feses dengan ukuran kecil, perasan penuh, atau kesulitan dan sakit pada saat mengeluarkan feses.
Konstipasi bukanlah penyakit melainkan merupakan gejala yang mengindikasikan adanya penyakit atau masalah kesehatan.
Penyebab konstipasi pun bermacam-macam, adalah:
Diet yang salah
Rendahnya asupan serat menyebabkan konstipasi karena serat dibutuhkan untuk membentuk massa di usus yang dapat mempermudah proses BAB.
Kebiasaan BAB tidak teratur
Kebiasaan BAB yang tidak teratur ataupun terlalu sering menahan BAB ketika muncul rasa ingin BAB dapat menyebabkan refleks BAB yang normal dihambat atau diabaikan sehingga lama-kelamaan refleks ini menjadi semakin melemah dan akhirnya menyebabkan terjadinya konstipasi.
Penggunaan laksatif (obat pencahar) berlebihan
Laksatif biasa digunakan untuk mengatasi konstipasi. Namun, penggunaan laksatif stimulan (seperti senna dan minyak jarak) yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Hal ini berkaitan dengan rusaknya saraf dan otot-otot pada usus besar sehingga penggunaan laksatif stimulan biasanya dijadikan pilihan terakhir jika terapi non-stimulan tidak berhasil.
Efek Penggunaan obat-obatan tertentu
Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, antara lain analgetik narkotik (morfin, kodein, oksikodon, hidromorfon), antidepresan (amitriptilin, imipramin), antikonvulsan (fenitoin, karbamazepin), suplemen besi, obat-obatan calcium channel blocker (diltiazem, nifedipin), dan antasida yang mengandung aluminium.
Gangguan hormonal
Beberapa hormon dapat mempengaruhi pergerakan usus. Contoh: tingginya tingkat estrogen dan progesteron selama kehamilan dapat menyebabkan konstipasi. Selain itu, terlalu sedikitnya hormon tiroid (hipotiroid) dan terlalu banyaknya hormon paratiroid (dengan meningkatkan jumlah kalsium dalam darah) juga dapat menyebabkan konstipasi.
Penyakit
Kondisi penyakit tertentu yang dapat menimbulkan kostipasi antara lain obstruksi gastroduodenal akibat ulser atau kanker, irritable bowel syndrome, hemorrhoid, ulcerative proctitis, diabetes mellitus, hipotiroidism, hiperkalsemia, central nervous system tumors, stroke, penyakit Parkinson, dll.
cara mengatasi konstipasi?
Cara paling sederhana untuk mengatasi konstipasi adalah dengan meningkatkan asupan serat. Serat adalah material dari tumbuhan yang tidak dicerna di saluran pencernaan manusia dan akan membentuk suatu massa (voluminus) di usus yang akan mempermudah proses buang air besar. Asupan serat dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup setiap harinya. Untuk beberapa kasus tertentu, konstipasi tidak dapat ditangani dengan hanya meningkatkan asupan serat dari makanan dan memerlukan penanganan/terapi melalui pemberian obat laksatif. Beberapa kelompok laksatif yang dapat digunakan untuk menangani konstipasi antara lain:
Bulk forming agent
Bulk forming agent dapat menambahkan serat pada feses. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus untuk proses BAB. Contoh senyawa yang termasuk bulk forming agent adalah metilselulosa dan psylium.
Emolient laxative
Emolien merupakan surfaktan yang bekerja dengan membantu pencampuran air dan lemak yang terdapat dalam saluran cerna, meningkatkan sekresi air dan elektrolit di usus kecil dan usus besar. Emolien menghasilkan feses yang lunak dalam 1-3 hari sehingga banyak digunakan untuk mencegah konstipasi. Contoh laksan yang termasuk kelompok ini adalah natrium dokusat.
Lubrikan
Contoh lubrikan adalah minyak mineral. Minyak mineral merupakan laksatif yang sering digunakan dan bekerja dengan melapisi feses sehingga mudah dikeluarkan. Efek senyawa ini terhadap fungsi usus terlihat setelah 2-3 hari.
Laksan osmotik
Laksan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar sehingga feses menjadi lunak dan mudah dikeluarkan. Laksan ini mengandung garam-garam katartika (saline cathartics) atau mengandung gula. Saline cathartics terdiri dari ion-ion yang sulit diabsorpsi seperti magnesium, sulfat, fosfat dan sitrat, yang memiliki efek osmotik dalam menahan cairan di saluran cerna. Senyawa ini dapat diberikan secara oral ataupun melalui rektal. Sementara laksan osmotik yang mengandung gula contohnya laktulosa, sorbitol, dan polietilen glikol.
Stimulant laxative
Stimulant laxative bekerja secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Contoh senyawa yang termasuk stimulant laxative adalah senna, kaskara (minyak jarak), bisakodil, dan fenolftalein. Stimulant laxative ini sangat efektif namun dapat menimbulkan efek samping berupa diare berat yang mengakibatkan dehidrasi dan hilangnya banyak elektrolit (terutama kalium). Laksan jenis ini juga lebih sering menyebabkan terjadinya kram usus dibandingkan jenis laksan lainnya. Selain itu, penggunaan berlebih juga dapat merusak saraf dan otot-otot pada usus besar dan memperburuk konstipasi sehingga sebaiknya dijadikan pilihan terapi terakhir jika penggunaan laksan jenis lainnya tidak berhasil mengatasi konstipasi.
Nah, sekarang sudah tahu bagaimana cara mengatasi konstipasi? Jika Anda butuh penjelasan lebih lanjut mengenai konstipasi dan terapinya, jangan ragu untuk menghubungi apoteker Anda!
REFERENSI:
Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan Kusnandar. 2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT ISFI Penerbitan, hal 372-377.
Mutschler, Ernst. Terjemahan Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Rianti. 1991. Dinamika Obat. Edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB, hal 537-542.
http://www.medicinenet.com/constipation/article.htm diakses tanggal 21 Mei 2011
Cara paling sederhana untuk mengatasi konstipasi adalah dengan meningkatkan asupan serat. Serat adalah material dari tumbuhan yang tidak dicerna di saluran pencernaan manusia dan akan membentuk suatu massa (voluminus) di usus yang akan mempermudah proses buang air besar. Asupan serat dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup setiap harinya. Untuk beberapa kasus tertentu, konstipasi tidak dapat ditangani dengan hanya meningkatkan asupan serat dari makanan dan memerlukan penanganan/terapi melalui pemberian obat laksatif. Beberapa kelompok laksatif yang dapat digunakan untuk menangani konstipasi antara lain:
Bulk forming agent
Bulk forming agent dapat menambahkan serat pada feses. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus untuk proses BAB. Contoh senyawa yang termasuk bulk forming agent adalah metilselulosa dan psylium.
Emolient laxative
Emolien merupakan surfaktan yang bekerja dengan membantu pencampuran air dan lemak yang terdapat dalam saluran cerna, meningkatkan sekresi air dan elektrolit di usus kecil dan usus besar. Emolien menghasilkan feses yang lunak dalam 1-3 hari sehingga banyak digunakan untuk mencegah konstipasi. Contoh laksan yang termasuk kelompok ini adalah natrium dokusat.
Lubrikan
Contoh lubrikan adalah minyak mineral. Minyak mineral merupakan laksatif yang sering digunakan dan bekerja dengan melapisi feses sehingga mudah dikeluarkan. Efek senyawa ini terhadap fungsi usus terlihat setelah 2-3 hari.
Laksan osmotik
Laksan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar sehingga feses menjadi lunak dan mudah dikeluarkan. Laksan ini mengandung garam-garam katartika (saline cathartics) atau mengandung gula. Saline cathartics terdiri dari ion-ion yang sulit diabsorpsi seperti magnesium, sulfat, fosfat dan sitrat, yang memiliki efek osmotik dalam menahan cairan di saluran cerna. Senyawa ini dapat diberikan secara oral ataupun melalui rektal. Sementara laksan osmotik yang mengandung gula contohnya laktulosa, sorbitol, dan polietilen glikol.
Stimulant laxative
Stimulant laxative bekerja secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Contoh senyawa yang termasuk stimulant laxative adalah senna, kaskara (minyak jarak), bisakodil, dan fenolftalein. Stimulant laxative ini sangat efektif namun dapat menimbulkan efek samping berupa diare berat yang mengakibatkan dehidrasi dan hilangnya banyak elektrolit (terutama kalium). Laksan jenis ini juga lebih sering menyebabkan terjadinya kram usus dibandingkan jenis laksan lainnya. Selain itu, penggunaan berlebih juga dapat merusak saraf dan otot-otot pada usus besar dan memperburuk konstipasi sehingga sebaiknya dijadikan pilihan terapi terakhir jika penggunaan laksan jenis lainnya tidak berhasil mengatasi konstipasi.
Nah, sekarang sudah tahu bagaimana cara mengatasi konstipasi? Jika Anda butuh penjelasan lebih lanjut mengenai konstipasi dan terapinya, jangan ragu untuk menghubungi apoteker Anda!
REFERENSI:
Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan Kusnandar. 2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT ISFI Penerbitan, hal 372-377.
Mutschler, Ernst. Terjemahan Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Rianti. 1991. Dinamika Obat. Edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB, hal 537-542.
http://www.medicinenet.com/constipation/article.htm diakses tanggal 21 Mei 2011
Comments
Post a Comment
Weblog ini dikunjungi ribuan orang tiap harinya. Terima Kasih atas Kunjungan Anda. Berikan kritik, saran, dan/atau tanggapanmu di kolom komentar. :-)