Hipokalemia Atau Kadar Kalium Rendah
Hipokalemia memang bukan penyakit atau gangguan yang populer seperti amenia. Namun anda perlu tahu apa itu hipokalemia.
Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui juga sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot jantung. Obat Herbal Hipokalemia. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
Gejala Hipokalemia
Etiologi
Penyebab lain hipokalemia meliputi:
Patofisiologi
Manifestasi klinik
Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan
Komplikasi
3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
4. Hipotensi ortostatik.
5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
7. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui juga sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot jantung. Obat Herbal Hipokalemia. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
Gejala Hipokalemia
Hipokalemia ringan biasanya tidak
menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang lebih berat (kurang dari 3
mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan
kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita
penyakit jantung.
Etiologi
Penyebab lain hipokalemia meliputi:
1.Peningkatan ekskresi (atau
kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
2.Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
3. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
2.Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
3. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
4. Kehilangan cairan tubuh karena
muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
5. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
5. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
6. Miskin diet asupan kalium
(Price & Wilson, 2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya
penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang, diare kronik, hilang melalui
kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik).
(Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209)
(Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209)
Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan
intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam
sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF.
Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar
di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat
terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel
dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan bagian
kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi neuromuskular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.
Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF
adalah penentuan utama potensial membran sel pada jaringan yang dapat
tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat
mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan
otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di
dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio
kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah
besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna. Salah satu akibat dari hal
ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat dikurangi
kegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain
berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium
adalah suatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik.
Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF, juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.
Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF, juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.
Pada orang dewasa yang sehat, asupan
kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi
akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang
terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil
(<20 akan="" aldosteron="" arus="" atau="" bagi="" banyak="" berbahaya.="" bergantung="" besar="" bila="" cairan="" dalam="" dan="" dari="" di="" diatas="" diekskresikan="" dipengaruhi="" dirangsang="" distal="" ekskresi="" feses.="" filtrasikan="" ginjal="" gromerulus="" h="" hiperkalemia="" juga="" jumlah="" kadarnya="" kalium.="" kalium="" kedalam="" keringat="" laju="" lebih="" makan="" mekanisme="" melalui="" mencapai="" mencegah="" meningkat="" meningkatkan="" menurun.="" menyebabkan="" merupakan="" natrium="" normal="" oleh="" pada="" pengaliran="" pengeluaran="" peningkatan="" penting="" penukaran="" perpindahan="" poliuria="" proksimal.="" rangkaian="" reabsorpsi="" saat="" sampai="" sebagai="" sebagian="" sehingga="" sekresi="" sel="" serum="" setelah="" span="" terbentuk="" terekskresi="" terjadinya="" tertekan="" tubulus="" untuk="" urine.="" yang="">20>
Keseimbangan asam basa dan pengaruh
hormon mempengaruhi distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis cenderung
untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung
memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi
gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan
dengan asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium
antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke
dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium
kedalam sel. Hal ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis
diabetik. (Price & Wilson, edisi 6, hal 341)
Manifestasi klinik
CNS dan
neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
Pernapasan;
otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut).
Saluran
cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
Kardiovaskuler;
hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
Ginjal;
poliuria,nokturia.
(Price &
Wilson, 2006, hal 344)
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kalium serum : penurunan, kurang
dari 3,5 mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang
dari 98 mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih
besar dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun.
6. GDA : pH dan bikarbonat meningkat
(Alkalosit metabolik).
(Doenges 2002, hal 1049)
(Doenges 2002, hal 1049)
7. Penatalaksanaan
Adapun
penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan.
Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :
a. Pemberian kalium sebanyak 40-80
mEq/L.
b. Diet yang mengandung cukup kalium
pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium
termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan
kentang).
c. Pemberian kalium dapat melalui oral
maupun bolus intravena dalam botol infus.
d. Pada situasi kritis, larutan yang
lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui jalur sentral bahkan
pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak
lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam ini
pasien harus dipantua melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan
ketat terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.(Brunner
& Suddarth, 2002, hal 260).
Komplikasi
Adapun
komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan
otot menjadi
lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99).
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99).
Selain itu
juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
2. Ileus
paralitik.
3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
4. Hipotensi ortostatik.
5. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
6. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
7. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
8. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
(Ilmu
penyakit Dalam, 2001, hal.308)
1.Pemberian
K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
2.Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
3.Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per oral.
2.Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
3.Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per oral.
4. Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk
menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.
5. Pemberian
K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan
kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan otot
pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak
20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
6.
Acetazolamide untuk mencegah serangan.
7.
Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek
pada orang tertentu.