Profil Umi Waheeda Binti Abdurrahman Al-Ashriyyah Nurul Iman Boarding School
"Sekolah dengan sistem boarding school yang gratis? tanpa uang SPP, uang asrama, dana tambahan untuk keterampilan khusus? Dimana para peserta didiknya belajar tentang ilmu-ilmu agama dan umum serta pelatihan kewira-usahaan. Jenjang pendidikannya dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi? Dan semua itu benar-benar gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun? Bahkan makan-minum seluruh santrinya ditanggung oleh pengelola? Adakah?
Pola asuh didalamnya tidak membedakan anak si kaya maupun si miskin?
Benarkah mewujud dalam realitas?", tanya saya memberondong salah seorang mahasiswa yang baru saya kenal dalam pelayaran menuju Bakauhuni diatas kapal Ferry.
Dua tahun telah berlalu. Islamic Boarding School yang diceritakan oleh mahasiswa kenalan saya itu telah mengukuhkan eksistensinya sejak 14 Mei 1998 di Parung Bogor, tepatnya Jl. Nurul Iman No 01 RT 01 RW 01 Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, dengan nama AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN BOARDING SCHOOL, dengan jumlah santri dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi berkisar lima belas ribuan orang putera-puteri. Keheranan saya, tepatnya ketakjuban saya semakin menjadi-jadi. Pasalnya lembaga pendidikan sebesar itu dipimpin oleh seorang ibu single parent. Sapaan akrabnya Umi Waheeda yang memiliki 8 putera-puteri. Bagaimana tidak? untuk urusan makan saja, agar dapat mencukupi 15.000-an santri itu setiap harinya harus tersedia enam ton beras. Bayangkan saudara, enam ton beras per hari.
Subhanallah! Allah Maha Kaya, Maha Kreatif untuk memudahkan hamba yang dipilih Nya menjadi washilah mengalirnya rizki bagi sesama. Dan wanita itu seorang ibu single parent, semenjak "abah" suami tercintanya berpulang ke haribaan ALLAH pada hari Jum'at 12 November 2010 dengan meninggalkan pesan:
"Pondok Pesantren Nurul Iman harus tetap gratis sampai hari kiamat". Sejumput amanah yang nampak sederhana, berat, tapi mulya.
Siapakah Umi Waheeda?
Lahir di Singapura pada tanggal 14 Januari 1968 dari pasangan Safinah binti Abdurrahman dan bapak Abdurrahman bin Adnan. Anak pertama dari empat bersaudara. Bersama adik-adiknya Zakhina, Umar dan Sai binti Abdurrahman dibesarkan di kota modern I Queens Town-Singapura. Umi kecil sudah menampakkan anak luar biasa dengan prestasi yang membanggakan di setiap mata pelajaran, terutama olah raga dan bahasa Inggris. Beragam piala diraihnya dan beberapa kali sukses menjuarai olimpiade Fisika, tari melayu dan cabang olah raga lari.
Setamat dari Secondry school Umi melanjutkan ke Resent Girl School mengambil jurusan sastra Inggris dengan level Cambridge. Lulus, beliau memutuskan untuk menuntut ilmu agama di Darul Ulum International School di Surabaya. Bakat dan kecerdasan dibidang keagamaanpun tak bisa dinafikan, terbukti dengan kepiawaiannya melakukan transliterasi beberapa kitab kuning ke dalam bahasa Inggris.
Tanggal 5 Mei 1988 menikah dengan as-Syekh habib Saggaf di Singapura. Mendampingi sang suami dengan suka-duka berjuang memajukan dunia pendidikan Islamy di Indonesia. Jatuh cinta pada medan juang pendidikan di persada ini, akhirnya Umi memutuskan menjadi WNI di tahun 2001.
"Umi sangat mencintai ilmu", begitu kata Eti Rahmawati penulis biografi ini di artikel majalah Nurul Iman.
"sebab baginya tidak ada yang membuat manusia menjadi mulya selain iman dan ilmu", tambahnya.
Karena itu disela-sela kesibukannya, Umi masih menyempatkan diri kuliah untuk meraih gelar S3 di salah satu perguruan tinggi ternama.
Doa kami, doa para dhu'afa dan doa semua orang yang memiliki seberkas iman di hati: "Semoga Hidayah dan Kasih-Sayang ALLAH senantiasa menyertai setiap langkah anda untuk tetap istiqomah di jalan ini".
Amiin......, Ya Mujibas-Sailiin!